Geguritan Tamtam menceritakan dua orang murid Aji caka, yang bernama I Ginal (lahir menjadi seorang perempuan) dan I Ginul (lahir menjadi seorang laki-laki). Diceritakan I Ginul nama lain I Tamtam di Hindu dari keluarga miskin, tetapi sangat tentram, bijaksana dan selalu melaksanakan ajaran agama. Orang tuanya sangat sayang kepada I Tamtam dan selalu memberikan petuah-petuah yang baik. Setelah remaja I Tamtam disuruh belajar kepada para rsi dan biksu yang bertapa di hutan. Dengan penuh rasa hormat I Tamtam memenuhi kehendak orang tuanya. Diceritakan I Ginal lahir sebagai seorang putri raja Sri Basukesti di kerajaan Mesir, dengan nama Dewi Adnyaswari. Sang putri telah tamat dari berbagai pelajaran yang diberikan oleh Bhagawan Tresna Windu. Sang raja sangat gembira dan bangga mempunyai putri yang pandai dan bijaksana. Suatu saat Baginda ingin menguji sejauh mana kepandaian yang dimiliki oleh putrinya. Lalu diadakanlah sayembara mengadu kepandaian dengan sang putri. Barang siapa yang memenangkan sayembara tersebut dialah yang berhak mempersunting putri raja dan akan menggantikan kedudukan raja. Sebaliknya jika kalah akan menjadi taklukan raja Mesir. Ketentuan sayembara, hanya para raja yang boleh mengikuti sayembara ini. Berita sayembara tersebar ke seluruh negeri bahkan sampai ke kawasan Asia. Banyaknya raja yang mengikuti sayembara tersebut, di antaranya yang pertama datang adalah raja Siliwangi dari Utara Desa dengan pengiring cukup banyak yang pandai dalam ilmu kebatinan. Kedatangan beliau disambut oleh raja Mesir dengan baik dan sopan. Raja Mesir segera memanggil putri Dewi Adnyaswari. Putrinya keluar sambil tersenyum dan menyambut tamunya dengan suara lemah lembut. Sayembara pun dimulai antara raja Siliwangi dengan sang putri saling mengadu kepandaian. Ternyata raja Siliwangi dapat dikalahkan oleh sang putri, beliau lalu menyerahkan surat kuasanya kepada raja Mesir dan langsung pulang ke negerinya. Kemudian datang raja Sri Narendra Kanda Bhumi dari negara Wayabia, selanjutnya raja Bhurbumi dari Nagara Rum dengan pengiring dua puluh pertapa. Alkisah beliau pun sama dengan raja-raja di atas satu pun pertanyaan itu tidak dijawab dan langsung mohon diri dan pulang ke negerinya. Selanjutnya datang raja Giling Wesi, yang berbadan tegap, berkumis dengan tingkah laku yang congkak. Belum apa-apa penonton sudah mengatakan kalah dan bersorak riuh sehingga sang sang raja menjadi malu mengakibatkan beliau mengundurkan diri dari sayembara itu. Selain yang ingin mengadu kepandaian tentang ilmu pengetahuan, ada pula yang hanya ingin memohon petuah-petuah lalu menyerahkan kekuasaannya. Ternyata semua raja dinyatakan kalah. Oleh karena tidak ada lagi raja yang berniat, maka raja Mesir mengumumkan rakyat biasa boleh ikut ambil bagian dalam sayembara ini. Kalau kalah jiwalah taruhannya, dan kalau menang dinobatkan sebagai raja dan berhak mempersunting Dewi Adnyaswari. Akhirnya sampailah khabar ini ke negeri Brata daerah Hindu, kemudian didengar oleh I Tamtam. Setelah cukup lama menuntut ilmu ia segera pulang menemui orang tuanya, dan menyatakan maksudnya akan ikut bersayembara ke negeri Mesir. Setelah mendapat restu I Tamtam mohon pamit dan berangkat menuju Mesir. Diceritakan I Tamtam sudah tiba di Mesir dan ia di persilahkan masuk oleh para Patih. I Tamtam segera masuk dan menghadap kepada raja Mesir dengan sikap merendahkan diri dan sangat sopan. Sayembara dimulai oleh I Tamtam dengan mengajukan pertanyaan kepada Dewi Adnyaswari menanyakan kosong itu apa. Dewi Adnyaswari tidak dapat menjawab pertanyaan I Tamtam, karena itu Dewi Adnyaswari diberikan kelonggaran selama tiga malam oleh I Tamtam untuk memikirkan pertanyaan tersebut. Dalam waktu tiga malam ini, I Tamtam diperdaya oleh Dewi Adnyaswari dengan minum-minuman keras sehingga dalam keadaan setengah sadar semua jawaban terbongkar. Dalam keadaan seperti ini I Tamtam ditinggalkan oleh Dewi Adnyaswari. Tetapi pada saat Dewi Adnyaswari akan pergi I Tamtam sempat memegang tangan Dewi Adnyaswari serta mengambil gelangnya. Dewi Adnyaswari lari dan langsung menuju ke peraduannya. Setelah tiba saatnya I Tamtam dipanggil untuk datang mendengarkan jawaban Dewi Adnyaswari. Jawabannya memang tepat dan benar. Tetapi sebelum I Tamtam dinyatakan kalah ia mohon izin kepada raja Mesir untuk memperlihatkan gelang yang didapatkannya dari kupu-kupu malam. Melihat gelang itu ternyata kepunyaan Dewi Adnyaswari. Raja Mesir sangat marah setelah mengetahui kecurangan putrinya terhadap diri I Tamtam. Akhirnya diputuskan Adnyaswari kalah dalam sayembara ini. I Tamtam lalu dinobatkan menjadi raja dengan nama Jaya Purusa serta Dewi Adnyaswari sebagai permaisurinya.